TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri menduga perbedaan harga jual minyak sawit mentah atau CPO untuk biodiesel dan pangan menjadi penyebab langkanya minyak goreng, khususnya Minyakita. Ia menuturkan harga CPO untuk biodiesel lebih tinggi, terlebih setelah diluncurkannya Mandatory B35 pada 1 Februari lalu.
Sehingga, pengusaha sawit akan lebih tertarik menjual CPO ke produsen biodiesel. Apalagi ada insentif yang diberikan pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk penjualan CPO ke biodiesel B35.
Baca Juga:
Baca: Tambah Pasokan Minyakita di Denpasar, Zulhas: Harganya Tidak Boleh di Atas Rp 14.000 per Liter
"Kalau saya jual ke minyak goreng, saya enggak dapat subsidi dari BPDPKS. Inilah biang keladinya," tuturnya dalam webinar yang diselenggarakan Satya Bumi dan Sawit Watch pada Sabtu, 4 Februari 2023.
Penetapan dua harga CPO itu, menurut Faisal, adalah langkah pemerintah yang sembrono. Pasalnya, kebijakan itu membuat adanya kompetisi antara kepentingan energi dan pangan. Hal itu terbukti dari catatan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang menunjukan terjadi lonjakan penjualan CPO untuk produksi biodiesel.
Tercatat pengguna CPO terbesar pada 2022-2023 adalah biodiesel. "Kalau ada dua harga, malaikat pun akan mencari harga yang rendah kalau mau beli," ucapnya.
Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan harga minyak goreng kemasan sederhana bersubsidi merek Minyakita naik hampir di seluruh wilayah.
Selanjutnya: Kenaikan harganya bahkan melejit ...